MAKALAH TIANG PANCANG & TIANG BOR PILE
REKAYASA PONDASI II
D
I
S
U
S
N
OLEH :
NAMA : Gracesia Elisabeth Simanjuntak
KELAS : SI – 4F
NIM : 1305022116
DOSEN : Ir. Ependi Napitu , M.T
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
TA.2014/2015
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan
suatu konstruksi, pertama – tama sekali yang dilaksanakan dan dikerjakan
dilapangan adalah pekerjaan pondasi ( struktur bawah ) baru kemudian
melaksanakan pekerjaan struktur atas. Pembangunan suatu pondasi sangat besar
fungsinya pada suatu konstruksi. Secara umum pondasi didefinisikan sebagai
bangunan bawah tanah yang meneruskan beban yang berasal dari berat bangunan itu
sendiri dan beban luar yang bekerja pada bangunan ke tanah yang disekitarnya.
Bentuk
dan struktur tanah merupakan suatu peranan yang penting dalam suatu pekerjaan
konstruksi yang harus dicicermati karena kondisi ketidaktentuan dari tanah
berbedabeda. Pondasi merupakan suatu pekerjaan yang sangat penting dalam suatu
pekerjaan teknik sipil, karena pondasi inilah yang memikul dan menahan suatu
beban yang bekerja diatasnya yaitu beban konstruksi atas. Pondasi ini akan
menyalurkan tegangan-tegangan yang terjadi pada beban struktur atas kedalam
lapisan tanah yang keras yang dapat memikul beban konstruksi tersebut.
Pondasi sebagai struktur bawah secara umum
dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu pondasi dalam dan pondasi dangkal.
Pemilihan jenis pondasi tergantung kepada jenis struktur atas apakah termasuk
konstruksi beban ringan atau beban berat dan juga tergantung pada jenis tanahnya.
Untuk konstruksi beban ringan dan kondisi tanah cukup baik, biasanya dipakai
pondasi dangkal, tetapi untuk konstruksi beban berat biasanya jenis pondasi
dalam adalah pilihan yang tepat.
Secara
umum permasalahan pondasi dalam lebih rumit dari pondasi dangkal. Pondasi tiang
pancang adalah batang yang relative panjang dan langsing yang digunakan untuk
menyalurkan beban pondasi melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah
kelapisan tanah keras yang mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative
cukup dalam dibanding pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari
daya dukung ujung ( end bearing capacity ) yang diperoleh dari tekanan ujung
tiang, dan daya dukung geser atau selimut ( friction bearing capacity ) yang
diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang dan
tanah disekelilingnya.
Secara umum tiang pancang dapat
diklasifikasikan antara lain: dari segi bahan ada tiang
pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja, dan tiang
pancang kayu. Dari segi bentang
penampang, tiang pancang bujur sangkar, segitiga, segi enam, bulat padat, pipa,
huruf H, huruf I, dan bentuk spesifik. Dari segi teknik pemancangan, dapat
dilakukan dengan palu jatuh (drop hammer), diesel hammer, dan hidrolic hammer.
B.Rumusan Masalah
1. Apa
keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang beton,kayu, dan baja serta bor pile?
2. Alat-alat
berat apa yang digunakan dalam pemancangan?
3.
Berapa tegangan ijin
masing-masing tiang pancang beton,baja,dan kayu?
4.
Beban Max /
Dimensi yang lazim pada tiang pancang beton, kayu, dan baja !
5.
Alat – alat
berat apa saja yang digunakan dalam tiang bor?
C.Tujuan
Setelah
membaca makalah ini diharapkan para pembaca :
1. Mengetahui
keuntungan serta kerugian pemakaian tiang pancang beton,kayu,dan baja serta bor pile.
2. Mengetahui
alat-alat berat yang digunakan dalam pemancangan.
3. Dapat
menghitung tegangan ijin tiang pancang.
4. Mengetahui alat – alat berat untuk tiang bor pile.
5. Dimensi / beban max/ daya dukung tiang pancang.
II. PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
Pondasi
Tiang Pancang
Pondasi
tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari
struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari
struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang
pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih
dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang
pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke
dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe
tanah, material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag
diklasifikasikan berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan
sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-tahun. Pada awal
peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan
kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat
tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber
pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang
digali dan diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer
Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana menyerupai mekanisme Pile
driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan tiang
beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang
penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel.
Lebih lagi baru-baru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi
memaksa para pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik
yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan sistem pile
driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi tiang pancang bermunculan.
Seperti
tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
1. Untuk
menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
2. Untuk
menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi
tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang
memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak
stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat
diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh
lagi, estimasi biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang
biayanya lebih murah daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya
perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat,
sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal tidak akan memuaskan,
dan konstruksi seharusnya di bangun di atas pondasi tiang. Tiang pancang juga
digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal. Tiang
pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty
atau dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang
sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak
mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat
bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah
yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh
beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah
kedalaman > 8 m (Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang
pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi
di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada
umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan
miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal
seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari
kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung
dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan
kualitas bahan material dan cara pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material
yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang kayu,
tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang pancang composite (kayu –
beton dan baja – beton).
Tiang pancang umumnya digunakan:
·
Untuk mengangkat
beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah stratum/lapisan
tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral boleh jadi terlibat.
·
Untuk menentang gaya
desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan bawah tanah dibawah
bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki menara terhadap guling.
·
Memampatkan
endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi perpindahan
isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar
kemudian.
·
Mengontrol
lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada tanah
tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
·
Membuat tanah dibawah
pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo getaran dan frekuensi
alamiah dari sistem tersebut.
·
Sebagai faktor keamanan
tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir, khususnya jika erosi merupakan
persoalan yang potensial.
Dalam konstruksi lepas pantai untuk
meneruskan beban-beban diatas permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang
mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang
ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk)
maupun beban lateral (Bowles, 1991).
Pondasi tiang
pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi)
dan baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah 28 hari. Karena
tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk
menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu
pengangkatan dan pemancangan.
Kriteria dan
jenis pemakaian tiang pancang
Dalam perencanaan pondasi suatu
konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi
yang digunakan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu:
·
Fungsi bangunan atas
yang akan dipikul oleh pondasi tersebut;
·
Besarnya beban dan
beratnya bangunan atas;
·
Kondisi tanah tempat
bangunan didirikan;
·
Biaya pondasi dibandingkan
dengan bangunan atas.
Kriteria
pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan sangat
tergantung pada kondisi:
·
Tanah dasar di bawah
bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya pembangunan lepas pantai)
·
Tanah dasar di bawah
bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada diatasnya atau tanah keras yang
mampu memikul beban tersebut jauh dari permukaan tanah
·
Pembangunan diatas
tanah yang tidak rata
·
Memenuhi kebutuhan
untuk menahan gaya desak keatas (uplift)
A.
Penggolongan Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dapat
digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang meneruskan beban dan cara
pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
1.
Pondasi
tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya
Tiang
pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991) antara lain:
a. Tiang
Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material
kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang
kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong dengan
hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang
kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong
untuk maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah
tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing
dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang
pancang harus menembus tanah keras atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini
adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu
akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang katu tersebut dalam keadaan
selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan
lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu
berganti-ganti. Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk
kayu hanya akan menunda atau memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi
tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang
pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan untuk menahan muatan lebih besar dari
25 sampai 30 ton untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok
untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu
seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu yang
panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan sebagai
tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang
tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua,
berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula tiang pancang
kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa
tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang
diijinkan. Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan
pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 – 86 dengan
menggunakan instalasi peresapan bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini
tidak tersedia, pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus
digunakan. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada
umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan
beratnya kondisi pelayanan.
Gambar Pondasi Tiang Pancang Kayu
Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan
pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini
dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang
melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin
baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah
pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya sampai nagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur
(pile cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak
membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan
tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang
pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang
terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton,
kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan kedalaman yang cukup
sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancnag paling
sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya
keretakan.
Sepatu Tiang
Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi
dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan,
kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak.
Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu
sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat
pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk
menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.
Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin
merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang
harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada
tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang
untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus
harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang
pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang
tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.
Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk
menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan
ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk
menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang
pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat
penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas
menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang
diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa
penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum
harus dihindarkan.
Keuntungan
pemakaian tiang pancang kayu
1. ·Tiang
pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
2. ·Kekuatan
tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan tidak
menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton precast.
3. ·Mudah
untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke
dalam tanah.
4. ·Tiang
pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untukend
bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.
5. Karena
tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan dengan
tiang-tiang pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima beban
horizontal yang tidak tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan segera
kembali ke posisi setelah beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti ini
sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan
perahu.
Kerugian
pemakaian tiang pancang kayu:
1. ·Karena
tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah
agar dapat tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat
dalam, hal ini akan menambah biaya untuk penggalian.
2. ·Tiang
pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil di bandingkan
dengan tiang pancang yang di buat dari baja atau beton terutama pada daerah
yang muka air tanahnya sering naik dan turun.
3. Pada
waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu
dapat berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur.
Apabila tiang kayu tersebut kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan
menyebabkan penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan.
4. ·Tiang
pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang
menyebabkan kebusukan.
b. Tiang Pancang Beton
1. Precast Reinforced Concrete
Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat
lalu diangkat dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis
dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar,
maka tiang pancang beton ini haruslah dieri penulangan-penulangan yang cukup
kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini
dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk
transport.
Tiang pancang ini dapat memikul
beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal ini tergantung dari
dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada
tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada
tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit
dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile
penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar
1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)
Keuntungan
pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:
· Precast
Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini
tergantung dari mutu beton yang di gunakan.
· Tiang
pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing
pile maupun friction pile.
· Karena
tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti
tiang pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk
poernya.
· Tiang
pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun
bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi
tulangannya.
Kerugian
pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile
· Karena
berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast
reinforced concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.
· Tiang
pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti memerlukan waktu
yang lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan.
· Bila
memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
· Bila
panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung
dari pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk melakukan
panyambungan adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.
2.
Precast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile
adalah tiang pancang dari beton prategang yang menggunakan baja penguat dan
kabel kawat sebagai gaya prategangnya.
Gambar
2 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )
Keuntungan
pemakaian Precast prestressed concrete pile:
1. ·Kapasitas
beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
2. ·Tiang
pancang tahan terhadap karat.
3. ·Kemungkinan
terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
Kerugian
pemakaian Precast prestressed concrete pile:
1. ·Pondasi
tiang pancang sukar untuk ditangani.
2. ·Biaya permulaan dari
pembuatannya tinggi.
3. ·Pergeseran
cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.
3.
Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini
adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih
dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah
pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat
dilaksanakan dua cara:
1) Dengan
pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
2) Dengan
pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton,
sedangkan pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Keuntungan
pemakaian Cast in Place
·
·Pembuatan tiang tidak
menghambat pekerjan.
·
·Tiang ini tidak perlu
diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.
·
·Panjang tiang dapat
disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
Kerugian
pemakaian Cast in Place
·
·Pada saat penggalian lubang,
membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor akibat tanah yang diangkut dari
hasil pengeboran tanah tersebut.
·
·Pelaksanaannya
memerlukan peralatan yang khusus.
·
·Beton yang dikerjakan
secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.
c.
Tiang Pancang Baja
Pada umumnya, tiang pancang baja
struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan
kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan
akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini
berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini
sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan dan pemancangan tidak
menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi
pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan
tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang
baja sangat berbeda-beda terhadap texture tanah, panjang tiang yang berada
dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
a. Pada
tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang terjadi
karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan karat
yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada
tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan menghasilkan
tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena terendam air.
c. Pada
lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang padat
akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga akan
akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan
berkarat di bagian atas yang dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan
karenaAerated-Condition (keadaan udara pada pori-pori tanah) pada lapisan
tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan
sarung beton sekurang-kurangnya 20” (± 60 cm) dari muka air tanah terendah.
Karat /korosi yang terjadi karena udara
(atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat
dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
Perlindungan
Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang
baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena
korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang
telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi
dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang
baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang
terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
Kepala Tiang
Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang
pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang
(driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris
dengan sumbu palu. Sebelum pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek
harus ditambatkan pad pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus
ditanamkan ke dalam pur (pile cap).
Perpanjangan
Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja
harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa
hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus
dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga
alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang
pancang pipa atau kotak akan diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan
yang dilas harus kedap air.
Sepatu Tiang
Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang
tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun bilamana
tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat
dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku
baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga
dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasarnya tertutup diperlukan,
maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau
sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.
Keuntungan
pemakaian Tiang Pancang Baja:
·
Tiang pancang ini mudah
dalam dalam hal penyambungannya.
·
Tiang pancang ini memiliki
kapasitas daya dukung yang tinggi.
·
Dalam hal pengangkatan
dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.
Kerugian
pemakaian Tiang Pancang Baja:
·
Tiang pancang ini mudah
mengalami korosi.
·
Bagian H pile dapat
rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.
TIANG BOR PILE
Pondasi
bored pile adalah pondasi
tiang yang pemasangannya dilakukan
dengan mengebor
tanah lebih dahulu (Hary Christady Hardiyatmo, 2010).
Pemasangan
pondasi bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan cara
mengebor tanah
terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah
dirangkai dan
dicor beton. Apabila tanah mengandung air, maka dibutuhkan
pipa besi atau
yang biasa disebut dengan temporary casing untuk menahan
dinding lubang
agar tidak terjadi kelongsoran, dan pipa ini akan dikeluarkan
pada waktu
pengecoran beton
Tiang bor pile merupakan salh satu pondasi yang dipergunakan untuk bangunan, apabila
tanah dasarnya tidak mempunyai daya dukung tanah untuk memikul berat bangunan.
Bor pile ialah pondasi dalam yang masih satu tipe dengan tiang pancang, yang membedakan adalah cara pemasangannya /
pembuatannya.
Cara
pembuatan bor pile
Bor pile , dengan cara dibuat lubang terlebih dahulu,
mengebor tanah lalau dimasukkan besi tulangan yang sudah di install, kemudian
dimasukkan adukan beton atau pengecoran setempat (cast in situ concrete pile)
System
pembuatan bor pile ada 2 macam :
1. Bor kering
Pelaksananannya menggunakan mata bor biasa ( spiral plat)
diputar sambil dimasukkan kedalam tanah dengan menggunakkan alat bor crane,
dengan menggunakan mesin diesel dan as mata diatur, dikendalikkan kaki tripot
sebagai penyangga untuk menaikan dan menurunkan mata bor.
2. Bor Basah
System
ini memerlukan casing untuk menahan tanah dari kelongsoran ,pompa air untuk
sirkulasi dan airSystem ini memerlukan casing untuk menahan tanah dari
kelongsoran ,pompa air untuk sirkulasi dan airnya yang dipakai untuk
pengeboran, persedian air harus cukup untuk mencapai kedalaman penggeboran yang
direncanakan.
Bor pile
adalah alternative lain apabila dalam pelaksanaan lokasi sangat sulit atau
beresiko apabila menggunakan tiang pancang (spoon pile). Seperti masalah
mobilisasi peralatan, dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar
(getaran, kebisingan ,dll) dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi kegiatan
pekerjaan.
Ada
beberapa keuntungan dalam pemakaian pondasi bored pile jika
dibandingkan
dengan tiang pancang, yaitu:
1.
Pemasangan tidak
menimbulkan gangguan suara dan getaran yang
2.
membahayakan
bangunan sekitarnya.
3.
Mengurangi
kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang
4.
(pile cap).
Kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile.
5.
Kedalaman tiang
dapat divariasikan.
6.
Tanah dapat
diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium.
7.
Bored pile dapat dipasang menembus batuan, sedang tiang pancang akan
8.
kesulitan bila
pemancangan menembus lapisan batuan.
9.
Diameter tiang
memungkinkan dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang
10.
dapat dibuat
lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya.
11.
Tidak ada risiko
kenaikan muka tanah.
Kerugian menggunakan pondasi bored pile yaitu:
1.
Pengecoran bored
pile dipengaruhi kondisi cuaca.
2.
Pengecoran beton
agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton
3. tidak dapat dikontrol dengan baik.
4.
Mutu beton hasil
pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di
5.
sepanjang badan bored
pile mengurangi kapasitas dukung bored pile,
6.
terutama bila bored
pile cukup dalam.
7.
Pengeboran dapat
mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa
8.
pasir atau tanah
yang berkerikil.
9.
Air yang mengalir
ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan
10.
tanah, sehingga
mengurangi kapasitas dukung tiang.
11.
Akan terjadi
tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka
12.
dipasang temporary
casing untuk mencegah terjadinya kelongsoran.
Alat
Pancang
Alat Pancang
Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah,
tiang dipancang dengan alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin
uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai
macam alat pemukul diperlihatkan dalam Gambar 2.4a sampai dengan 2.4d. Pada
gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat perlengkapan pada kepala tiang
dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang
yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri tertutup.
1.
Pemukul Jatuh (drop hammer)
Drop
Hammer adalah palu berat yang diletakkan pada ketinggian tertentu di atas
tiang. Palu tersebut kemudian dilepaskan dan jatuh mengenai tiang. Pada kepala
tiang dipasang semacam topi/cap (shock
absorber) untuk menghindari tiang rusak akibat tumbukan hammer. Cap ini biasanya terbuat dari kayu.Pemukul
jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas. Pemberat ditarik
dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang. Pemakaian
alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga alat
ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
2.
Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)
(b)
(a)
Pemukul aksi
tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara atau uap
yang terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri.
Energi pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh
(c) (d)
Skema pemukul tiang : (a) Pemukul
aksi tunggal (single acting hammer), (b) Pemukul aksi double (double acting
hammer), (c) Pemukul diesel (diesel hammer), (d) Pemukul getar (vibratory hammer) (
Hardiyatmo,H.c., 2002
3.
Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap
atau udara untuk mengangkat ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya
Kecepatan pukulan dan energi output biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi
tunggal.
4.
Pemukul Diesel (diesel hammer)
Diesel Hammer
adalah alat pemancang tiang yang paling sederhana. Alat ini memiliki satu
silinder dengan dua mesin diesel, piston/ram, tangki bahan bakar, tangki
pelumas, pompa bahan bakar, injector,
dan mesin pelumas. Pada pengoperasiannya, energi alat didapat dari berat ram
yang menekan udara di dalam silinder.Pemukul
diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar.
Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan menggunakan bahan
bakar minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan
dari ram ditambah energi hasil dari ledakan (gambar c).
5.
Pemukul Getar (vibratory hammer)
Vibratory Pile
Driver merupakan alat yang memiliki beberapa batang horizontal dengan beban
eksentris. Pada saat pasangan batang berputar dengan arah yang berlawanan,
berat yang disebabkan oleh beban eksentris menghasilkan getaran pada
alat. Getaran yang dihasilkan tersebut menyebabkan material di sekitar pondasi
yang terikat pada alat, akan ikut bergetar. Alat ini sangat sesuai digunakan
pada tanah yang lembab.Pemukul getar
merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi tinggi (Gambar d).
6.
Hydraulic
Hammer
Alat ini memiliki cara kerja
berdasarkan perbedaan tekanan pada cairan hidrolis. Hidraulic Hammer ini
dimanfaatkan untuk memancangkan pondasi tiang baja H dan pondasi lempengan baja
dengan cara dicengkeram, didorong, dan ditarik. Alat ini sesuai digunakan
ketika ada keterbatasan daerah operasi karena tiang pancang yang dimasukkan
cukup pendek. Untuk memperpanjang tiangnya dapat dilakukan penyambungan pada
ujung-ujungnya
Alat
Bor Pile
Untuk mengerjakan sebuah proyek pekerjaan bor pile
dibutuhkan alat bor pile yang memadai agar diameter dan kedalaman yang di
inginkan bisa tercapai,tenaga yang terampil juga mutlak dibutuhkan agar hasil
pekerjaan bisa maksimal.
Untuk menjalankan sebuah alat bor pile dibutuhkan seorang
operator yang dibantu dua sampai tiga tenaga yang harus sudah terbiasa bekerja
dimedan yang berat agar pekerjaan berjalan lancar.
Berikut adalah jenis alat bor pile yang kami gunakan dalam mengerjakan pekerjaan bor pile
1.Alat mini crane
Berikut adalah jenis alat bor pile yang kami gunakan dalam mengerjakan pekerjaan bor pile
1.Alat mini crane
2.Alat Gawangan
Semoga bisa memberi sedikit gambaran bagi anda yang sedang mencari kebutuhan bor pile.Jika ingin ada yang ditanyakan bisa menghubungi kami.
Metode
Pelaksanaan
Metode
Pelaksanaan Bored Pile
Pada dasarnya
pelaksanaa bored pile pada tanah yang tidak mudah longsor
adalah:
1. Tanah digali
dengan mesin bor sampai kedalaman yang dikehendaki.
2. Dasar lubang
bor dibersihkan
.
3. Tulangan yang
telah dirakit dimasukkan ke dalam lubang bor.
4. Lubang bor
diisi atau dicor beton.
Metode Pelaksanaan
Pondasi Tiang Pancang
Aspek teknologi sangat berperan
dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak
diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode
yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian
pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu
sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan
untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang pancang:
1.
Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah
dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung
kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan
memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan
penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.
2.
Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini
dilakukan dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan
terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus
diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan
perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat
dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk
meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya
lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam
akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan
pelat betonnya.
3. Ukuran
dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan
dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya
dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan,
dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang
adalah sebagai berikut :
A.
Pekerjaan
Persiapan
1. Membubuhi
tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang
tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi
tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang
pancang diberi tanda setiap 1 meter.
2.
Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati
sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3.
Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan
tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir
(final set).
4.
Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat.
Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5.
Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6.
Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila
level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras
yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a.
Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan
pada batang pertama.
b.
Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian
sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel
menjadi satu.
c.
Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d.
Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7.
Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada
batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah
keras yang ditentukan.
8.
Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai
lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9.
Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
B.
Proses
Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk
disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua
tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke
trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.Persyaratan umum dari
metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan
jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan
momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan
dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang
beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah
ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.
2. Pengangkatan
dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya
digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh mesin pemancangan
sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari
metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara kepala tiang dengan
titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan
bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai
momen yang sama.
C.
Proses Pemancangan
1.
Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok
titik pancang yang telah ditentukan.
2.
Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3.
Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada
helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4.
Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang
telah ditentukan.
5.
Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjangbackstay sambil
diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal.
Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengancenter
gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser
selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
6.
Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke
atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
D. Quality Control
1.
Kondisi fisik tiang
a.
Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b.
Umur beton telah memenuhi syarat
c.
Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2.
Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa
secara periodik selama proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah
vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal
dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
3.
Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus
diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi
penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap
setengah meter.
4.
Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan
apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.
D.
Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek
Ditinjau dari cara mendukung beban,
tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1.
Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya
ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam
zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang
sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban
yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah
ujung tiang .
2.
Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih
ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya
(Gambar 2.9b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya
diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.
Kapasitas Daya Dukung
Kapasitas Daya
Dukung Pondasi Tiang Bor Pile Dari
Hasil SPT
Standard Penetration Test (SPT) adalah sejenis
percobaan dinamis dengan
memasukkan suatu
alat yang dinamakan split spoon ke dalam tanah. Data
tanah sangat
diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung
(bearing
capacity) dari tiang sebelum pembangunan dimulai.
Tahanan ujung
ultimit tiang (Qb) dihitung dengan persamaan:
Qb = Ab.fb
................................................................................................(6)
Tahanan gesek
dinding tiang (Qs) dihitung dengan persamaan:
Qs = As.fs .................................................................................................(7)
Kapasitas daya
dukung ultimit tiang (Qu) adalah jumlah dari tahanan
ujung ultimit
tiang (Qb) dan tahanan gesek dinding tiang (Qs) antara sisi
tiang dan tanah
di sekitarnya dinyatakan dalam persamaan berikut ini
(Hardiyatmo,
2010):
Qu = Qb + Qs =
Ab.fb + As.fs
................................................................(8)
Keterangan:
Qb = Tahanan
ujung ultimit tiang
Qs = Tahanan
gesek dinding tiang
Ab = Luas ujung
tiang bawah
As = Luas
selimut tiang
fb = Tahanan
ujung satuan tiang
fs = Tahanan
gesek satuan tiang
Kapasitas dukung
ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N
hasil uji SPT.
1. Tahanan ujung
tiang berdasarkan data pengujian SPT dihitung dengan
persamaan
Meyerhof (Bowles, 1993), yaitu:
Qb = Ab (40N) ≤
Ab (400N) .............................................................(9)
Keterangan:
N = Nilai
rata-rata statistik dari bilangan-bilangan SPT dalam
daerah kira-kira
8B di atas sampai dengan 3B di bawah titik
tiang
B = Lebar atau
diameter tiang
Lb/B =
Perbandingan kedalaman rata-rata dari sebuah titik
2. Tahanan gesek
selimut tiang berdasarkan data pengujian SPT dihitung
dengan persamaan
Meyerhoff (Bowles, 1993), yaitu:
Qs = Xm.N.p.Li
.................................................................................(10)
Keterangan:
Xm = 0,2
untuk bored pile
Li = Panjang
lapisan tanah (m)
P = Keliling
tiang (m)
N = Banyaknya
perhitungan pukulan rata-rata statistic
3. Untuk tahanan
ujung tiang dengan memperhatikan faktor kedalaman
dihitung dengan
persamaan Meyerhof (Hardiyatmo, 2010), yaitu:
Qb = Ab.fb
Dengan nilai fb
yaitu :
a. Untuk tiang
dalam pasir dan kerikil:
fb = 0,4 N”(L/d)
r ≤ 4 N” r......................................................(11)
b. Untuk tiang
dalam lanau tidak plastis:
fb = 0,4 N”(L/d)
r ≤ 3 N” r......................................................(12)
Keterangan:
fb = Tahanan
ujung satuan tiang (kN/m2)
N” = N-SPT yang
dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan dan
tekanan overburden
L = Kedalaman
penetrasi tiang (m)
d = Diameter
tiang (m)
r = Tegangan
referensi = 100 kN/m2
Untuk menghitung
fb, nilai N-SPT yang digunakan harus mewakili
kondisi tanah di
sekitar ujung tiang yaitu dalam kisaran 1D di atas
dasar tiang dan
2D di bawahnya.
4. Tahanan gesek
satuan dihitung dengan persamaan Meyerhof
(Hardiyatmo,
2010)
Qs = As.fs
Briaud et al.
(Hardiyatmo, 2010) menyarankan persamaan tahanan
ujung satuan,
yaitu:
fs = 0,224 σr
(N”)0,29 .........................................................................(13)
fb = 19,7 σr
(N”)0,36
..........................................................................(14)
Keterangan:
fs = Tahanan
gesek satuan tiang (kN/m2)
fb = Tahanan
ujung satuan tiang (kN/m2)
N’’ = N-SPT yang
dikoreksi terhadap pengaruh prosedur lapangan dan
tekanan overburden.
r = Tegangan
referensi = 100 kN/m2
Dalam pengujian
SPT ini juga akan diperoleh kepadatan relatif
(relative
density), sudut gesek dalam (φ) berdasarkan nilai jumlah
pukulan (N).
Untuk tanah granuler, seperti pasir faktor-faktor Nq, Nγ
adalah fungsi
dari φ, karena itu sangat tergantung dari besarnya
kerapatan
relatif (Dr).
Dengan
memperhatikan bentuk pondasi, kemiringan beban dan kuat
geser tanah di
atas dasar pondasinya Meyerhof dan Brinch Hansen
(Hardiyatmo,
1996) memberikan juga persamaan daya dukung yaitu:
Qu = ScDciccNc +
SqDqiqPoNq + SγDγiγ0,5β’γNγ .............................(15)
Keterangan:
Qu = Kapasitas
daya dukung ultimit
Nc, Nq, Nγ=
Faktor kapasitas dukung untuk pondasi memanjang
sc, sq, sγ =
Faktor bentuk pondasi
19
dc, dq, dγ =
Faktor kedalaman pondasi
ic, iq, iγ =
Faktor kemiringan beban
β’ = Lebar
pondasi efektif
po = Tekanan overbuden
pada dasar pondasi
Df = Kedalaman
pondasi
γ = Berat volume
tanah
Kapasitas Daya
Dukung Tiang Pancang
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir
atau cone penetration test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan
berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat,
sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran
terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga
mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan
karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile),
data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing
capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan
kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung ultimit
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu
= Qb + Qs = qbAb + f.As
........................................................... (2.1)
dimana
:
Qu =
Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb =
Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs =
Kapasitas tahanan kulit.
qb
= Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab =
Luas di ujung tiang.
f
= Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As =
Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya
dukung aksial ultimit (Qu) dipakai Metode Aoki dan De Alencar.
Aoki
dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data
Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :
dimana
:
qca (base)
= Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang
dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit
persatuan luas (f)diprediksi sebagai berikut :
dimana
:
qc (side)
= Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs =
Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb =
Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.
Faktor
Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik
αs diberikan pada Tabel 2.2
Tabel
2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tiang Pancang
|
Fb
|
Fs
|
Tiang Bor
|
3,5
|
7,0
|
Baja
|
1,75
|
3,5
|
Beton Pratekan
|
1,75
|
3,5
|
Tabel
2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan Farsakh,
1999)
Tipe Tanah
|
αs(%)
|
Tipe Tanah
|
αs(%)
|
Tipe Tanah
|
αs(%)
|
Pasir
|
1,4
|
Pasir berlanau
|
2,2
|
Lempung berpasir
|
2,4
|
Pasir kelanauan
|
2,0
|
Pasir berlanau dengan lempung
|
2,8
|
Lempung berpasir dengan lanau
|
2,8
|
Pasir kelanauan dengan lempung
|
2,4
|
Lanau
|
3,0
|
Lempung berlanau dengan pasir
|
3,0
|
Pasir berlempung dengan lanau
|
2,8
|
Lanau berlempung dengan pasir
|
3,0
|
Lempung berlanau
|
4,0
|
Pasir berlempung
|
3,0
|
Lanau berlempung
|
3,4
|
Lempung
|
6,0
|
Pada umumnya nilai αs untuk pasir =
1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan nilai αs untuk lempung = 1,4
persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang
pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Meyerhoff.
Daya
dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult
= (qc x Ap)+(JHL x K11)
........................................................ (2.4)
dimana
:
Qult
= Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc
= Tahanan ujung sondir.
Ap
= Luas penampang tiang.
JHL
= Jumlah hambatan lekat.
K11
= Keliling tiang.
Daya
dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus
dimana
:
Qijin
= Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc
= Tahanan ujung sondir.
Ap
= Luas penampang tiang.
JHL
= Jumlah hambatan lekat.
K11
= Keliling tiang.
Analisa Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang
1. Daya Dukung berdasarkan Kekuatan bahan
P=(Ap*Tbk)+(As*Tau) ; dimana ; P = daya dukung tiang pancang ijin (kg)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
As = Luas tulangan tiang pancang (cm2)
Tbk = Tegangan ijin beton (kg/cm2)
Tau = Tegangan ijin tulangan (kg/cm2)
2. Daya dukung tiang pancang berdasarkan data sondir (CPT/Cone Penetration Test)
P =(qc*Ap)/3 + (JHL*Ka)/5 ;
dimana ; P = Daya dukung tiang pancang ijin (kg)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
Ap = Luas penampang tiang pancang (cm2)
Ka = Keliling penampang tiang (cm1)
JHL = Jumlah hambatan lekat
SF = Safety factor ; 3 dan 5
3. Daya dukung tiang pancang berdasarkan Data SPT/ Standart Penentration Test
- Qu = (40*Nb*Ap)
dimana ; Qu = Daya dukung batas pondasi
tiang pancang
Nb = nilai N-SPT rata-rata pada elevasi dasar tiang pancang
Nb = nilai N-SPT rata-rata pada elevasi dasar tiang pancang
Nb
= (N1+N2)/2 ;
N1
= Nilai SPT pada kedalaman 3B pada ujung tiang ke bawah
N2 = nilai SPT pada kedalaman 8B
pada ujung tiang ke atas
Ap = luas penampang dasar tiang pancang (m2)
Ap = luas penampang dasar tiang pancang (m2)
- Qsi = qs*Asi; dimana ;
Qsi = Tahanan limit gesek kulit
qs = 0.2N—– untuk tanah pasir
0.5N—– untuk tanah lempung
Asi = keliling penampang tiang*tebal lapisan
qs = 0.2N—– untuk tanah pasir
0.5N—– untuk tanah lempung
Asi = keliling penampang tiang*tebal lapisan
Daya Dukung Tiang Pancang (SPT)
- P = (Qu +Qsi)/3
Kapasitas Ijin Fondasi Tiang
Beban fondasi
yang mendekati kapasitas ultimatnya akan menyebabkan fondasi pada kondisi
kritis. Hal ini tidak boleh terjadi pada suatu bangunan, sehingga perlu nilai
keamanan agar beban bangunan yang bekerja tidak membahayakan bangunan. Besarnya
kapasitas fondasi tiang haruslah cukup menjamin terhadap beban yang mungkin
bekerja. Untuk keperluan tersebut kapasitas yang diijinkan pada saat desain
tidaklah sebesar kapasitas ultimat (Qu), melainkan sebesar Qa (kapasitas ijin
fondasi). Besarnya kapasitas ijin didefinisikan sebesar Qu dibagi dengan suatu
nilai kemanan (safety factor) yang disimbolkan dengan SF. Besarnya nilai SF 2,5
sampai 3.
Faktor
Aman
Faktor Aman Tiang
Pancang
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas
ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan
maksud :
a.
Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang
digunakan.
b.
Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas
tanah.
c.
Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang
bekerja.
d.
Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau
kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
e.
Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam
batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d),
dari hasil banyak pengujian-pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun
tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban
bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman
yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Besarnya beban bekerja (working
load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan memperhatikan keamanan terhadap
keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman (SF)
yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk
perancangan pondasi tiang pancang, sebagai berikut :
Tabel
2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga Effisiensi
Hammer dan koef. Restitusi
Tipe Hammer
|
Efficiency, E
|
Single and double acting hammer
|
0.7 - 0.8
|
Diesel Hammer
|
0.8 - 0.9
|
drop Hammer
|
0.7 - 0.9
|
Pile Material
|
Coefficient of restitution, n
|
Cast iron hammer and concrette pile ( whitout cap
)
|
0.4 - 0.5
|
Wood cushion on steel pile
|
0.3 - 0.4
|
Wooden pile
|
0.25 - 0.3
|
Pemakaian pondasi tiang
pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian antara lain adalah sebagai
berikut:
Keuntungannya
yaitu:
1. Karena
tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih dapat
diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.
2. Prosedur
pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
3. Daya
dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
4.
Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kerugiannya
yaitu:
1. Karena
dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang
berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya.
2. Pemancangan
sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Bila
panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
4. Bila
memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
Metode
pelaksanaan:
1. Penentuan
lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
2. Pengangkatan
tiang.
3. Pemeriksaan
kelurusan tiang.
4. Pemukulan
tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.
Faktor Keamanan Tiang Bor Pile
Untuk
memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi
kapasitas
ultimit tiang dengan faktor aman tertentu. Fungsi faktor aman
adalah:
1. Untuk
memberikan keamanan terhadap ketidakpastian dari nilai kuat geser dan kompresibilitas yang mewakili
kondisi lapisan tanah.
2. Untuk
meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam di antara tiang-tiang masih dalam batas-batas toleransi.
3. Untuk
meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban
yang bekerja.
4. Untuk
meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok tiang masih dalam
batas-batas toleransi.
5. Untuk
mengantisipasi adanya ketidakpastian metode hitungan yang digunakan
(Hardiyatmo, 2010).
Menurut
Tomlinson (1977) dalam buku Analisis dan Perencanaan Pondasi 2
faktor aman
dinyatakan:
Untuk dasar
tiang yang dibesarkan dengan diameter < 2 m:
Qa =.......................................................................................................(22)
Untuk tiang
tanpa pembesaran di bagian bawahnya:
Qa = .......................................................................................................(23)
Bila
diameter tiang lebih dari 2 m, kapasitas tiang ijin perlu dievaluasi dari
pertimbangan
penurunan tiang. Selanjutnya, penurunan struktur harus pula
dicek terhadap
persyaratan besar penurunan toleransi yang masih diijinkan.
Faktor
aman (F) untuk tiang bor juga bergantung terutama pada informasi
dari hasil uji
beban statis, keseragaman kondisi tanah, dan ketelitian program
penyelidikan
tanah. Nilai-nilai tipikal faktor aman untuk tiang bor yang
disarankan,
ditunjukkan dalam Tabel . Nilai-nilai dalam tabel tersebut berlaku
untuk
bangunan-bangunan pada umumnya. Untuk bangunan-bangunan yang
khusus, maka
nilai-nilai faktor amannya dapat ditambah atau dikurangi.
Tabel 9. Faktor
Aman
Sumber :
Hardiyatmo, 2010
Pada umumnya,
faktor aman untuk beban tarik lebih besar dari beban tekan.
Hal ini,
dikarenakan keruntuhan akibat beban tarik lebih bersifat segera dan
merusakkan
terutama pada saat gempa.
Perbandingan
Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan Metode Konstruksinya
Pengeboran (Drilled)
Kelebihan:
1. Tidak
menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.
2. Cocok
untuk pondasi yang berdiameter besar.
3. Pondasi
dapat dicetak sesuai kebutuhan.
Kekurangan:
1. Pekerjaan
agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.
2. Lebih
banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing,cleaning
bucket dan alat bantu pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih
besar.
3. Rentan
terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang.
4. Waktu
pengerjaan lebih lama.
Pemancangan
Kelebihan:
1. Pemeriksaan
kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
2. Pemancangan
lebih cepat, mudah dan praktis.
3. Pelaksanaan
tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya
dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat
cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kekurangan:
1. Pelaksanaannya
menimbulkan getaran dan kegaduhan.
2. Pemancangan
sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Kesalahan
metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi.
4. Bila
panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
5. Bila
memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:
1. Tidak
menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.
2. Tidak
menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
3. Pelaksanaan
tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya
dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat
cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
6. Pemeriksaan
kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
7. Pemancangan
lebih cepat, mudah dan praktis.
Kekurangan:
1. Bila
panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan memerlukan
alat penyambung khusus.
2. Bila
memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
3. Tidak
cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
4. Memerlukan
mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.
Perhitungan efisiensi kelompok
tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis, dimensi, jarak, jumlah, dan susunan
kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan penggunaan pondasi tiang pancang
ini adalah:
1. Pengerjaannya
relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.
2. Biaya
yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang lain (bored
pile).
3. Kualitas
tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan merupakan hasil pabrikasi,
sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan
serta kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi fisik
tiang pancang dapat dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4. Dapat
langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan yang menggunakan
drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/final set yang
ditentukan (kalendering). Sedangkan bila menggunakan Hydrolic Static Pile
Driver (HSPD),terdapat dial pembebanan yang menunjukkan tekanan hidrolik
terdiri dari empat silinder untuk
menekan
tiang pancang ke dalam tanah sampai ditemui kedalaman tanah keras.
PENUTUP
A.Kesimpulan
1. Penggolongan pondasi tiang pancang
menurut bahan terbagi atas : beton,baja, kayu, dan komposit
2. Pemasangan tiang pancang dapat
dilakukan dengan cara dicetak dari luar ataupun di bor di lokasi kerja
3. Alat berat pemancang tiang pancang
yaitu : pemukul jatuh, pemukul aksi tiang, pemukul aksi double, pemukul diesel,
pemukul getar, hydraulic hammer.
4. Metode pelaksanaan tiang pancang
dimulai dari tahap persiapan, pengangkatan, dan pemancangan
5. Kapasitas daya dukung tiang pancang
dapat dihitung berdasarkan kekuatan baahan, data sondir, data SPT, dan daya
dukung tiang pancang
B.Saran
Disarankan
kepada pembaca agar membaca isi makalah dari awal hingga akhir agar isi makalah
dapat dimengerti dengan baik.